Festival Pasola “Gladiator Lokal” di Tanah Sumba Barat Daya, Ini Makna dan Filosof Secara Tradisi

0
76


KODI, newsreal.id — Kabupaten Sumba Barat Daya memiliki potensi wisata yang tak kalah dibandingkan daerah-daerah tetangga, seperti Bali dan Nusa Tenggara Barat.

Selain dikaruniai keindahan pantai serta alam nan eksotis, Kabupaten Sumba Barat Daya masih memegang teguh adat istiadat sebagai bagian dari tradisi turun temurun nenek moyang.

Salah satu tradisi nenek moyang yang hingga detik ini masih bisa dijumpai yakni Festival Pasola. Masyarakat di luar Pulau Sumba biasa menyebut bertemunya Gladiator Lokal di arena “perang”.

Festival Pasola merupakan tradisi perang masyarakat adat dengan menunggang kuda sambil menyerang lawan menggunakan lembing kayu yang tumpul.

Kepada Redaksi newsreal.id, Bupati Sumba Barat Daya, Kornelius Kodi Mete menjelaskan, Festival Pasola merupakan puncak dari rangkaian tradisi Nate atau Nyale, yakni perwujudan persembahan masyarakat tradisional aliran kepercayaan Marapu, agama asli masyarakat Sumba.

“Dipercaya dalam tradisi, Pasola itu untuk menghormati Raja Nyale, dan pada saat menjelang kegiatan Pasola di mana ksatria-ksatria penunggang kuda menunjukkan ketangkasannya dengan melempar lawannya menggunakan lembing tumpul. Bisa juga kena dan terluka. Diyakini, jika terluka itu sesuai dengan dosanya,” jelas Bupati.

Baca : Bertemu Bupati Sumba Barat Daya, Di-Fo Fokus Pengembangan Program Pemberdayaan Masyarakat

“Kalau dosanya sangat berat sekali, bisa saja sangat meninggal, dan itu dianggap sang leluhur yang menghukumnya lewat manusia, sesuai dengan kepercayaan Marapu,” sambung Bupati Kornelius Kodi Mete.

Bupati menjelaskan, secara tradisional Pasola harus melalui ritual-ritual adat yang dilakukan sebelumnya, bahkan tiga bulan sebelum kegiatan dimulai.

“Memang ada acara khusus ritual-ritual adat. Bahkan tiga bulan sebelumnya di bulan tertentu ada bulan yang sepi tidak boleh ada bunyi-bunyian. Sayangnya dengan kemajuan zaman saat ini, ada kendaraan yang lalu-lalang, berbeda dengan zaman dulu,” urainya.
“Tetapi dulu sebelum ada motor atau kendaraan seperti saat ini, dulu ada larangan tidak boleh ada suara atau bunyi-bunyian lesung, karena dulu lesung digunakan untuk menumbuk beras,” sambung Bupati.

Dia melanjutkan, jika ada kedukaan juga tidak boleh memukul gol. Di Sumba, berita kedukaan harus disertai dengan pukul gong, karena itu diyakini untuk mengantarkan roh yang meninggal naik ke sorga.
“Festival Pasola dilaksanakan setiap bulan Februari dan Maret sepanjang tahun. Dan kebetluan tahun ini di Sumba Barat Daya ada enam lokasi menggelar Pasola,” tutur Bupati Kornelius Kodi Mete.

Pada tahun 2022, Festival Pasola di Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, dibuka langsung Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko.

Baca : DATA Kabupaten Sumba Barat Daya : Jumlah Penduduk, Wilayah, dan Potensi Alam nan Eksotis

Tahun ini, Festival Pasola Sumba Barat Daya dipusatkan di Rara Winyo Desa Ate Ndalo, Kecamatan Kodi. Selain itu, Festival Pasola juga digelar di Desa Maliti Bondo Ate, Kecamatan Kodi Bangedo.


Menilik berbagai sumber, Pasola berasal dari kata “sola” atau “hola”, yang berarti sejenis lembing kayu yang dipakai untuk saling melempar dari atas kuda yang sedang dipacu kencang oleh dua kelompok yang berlawanan. Setelah mendapat imbuhan `pa’, artinya menjadi permainan.

Festival Pasola menjadi hiburan tradisi bagi masyarakat di Sumba Barat Daya, sehingga aksi-aksi para gladiator lokal menunggang kuda ditonton ribuan warga dari berbagai desa.

Baca : Potensi Menggiurkan Sumba Barat Daya, DiFo Ajak Pemkab Setempat Berkolaborasi

“Festival Pasola kembali digelar pada tahun 2022 setelah dua tahun berturut-turut terhenti karena pandemi Covid-19,” ucap Bupati.
Uniknya, warga yang datang ke lokasi akan dicek kelengkapan surat vaksin oleh petugas kepolisian. Jika belum divaksin, warga diminta untuk tidak masuk ke lokasi Festival Pasola dan diminta vaksin Covid-19 di tempat.

Festival Pasola adalah tradisi perang masyarakat adat dengan menunggang kuda sambil menyerang lawan dengan lembing kayu yang tumpul.
Pasola merupakan puncak dari rangkaian tradisi Nate atau Nyale, yakni perwujudan pemujaan dan persembahan masyarakat tradisional aliran kepercayaan Marapu (agama asli masyarakat Sumba). ***

Baca : Moeldoko : Pulau Sumba Potensi Budidaya Sorgum

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here